BIOMASS
Newsletter
Edisi: III/FFI-IP LOMBOK/2011
PROSES PENGOLAHAN KEMIRI
Pengantar
Kemiri merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan masyarakat NTB karena punya nilai ekonomi dan punya manfaat konservasi yang cukup bagus. Potensi pennegembanagan kemiri diwilayah NTB baru mencapai 7.436 Ha dengan total produksi sebanyak: 25.356 ton setiap tahun. Untuk mengetahui nilai ekonomi tanaman kemiri yang merupakan salah satu jenis tanaman penghasil energi berikut dengan pemanfaatan limbah cangkang kemiri untuk bahan bakar omprongan tembakau virginia Lombok, seperti yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Fauzi, pelaku usaha industri rumah tangga pengolahan kemiri di Pacor Dao, Lombok Tengah menjelaskan bahwa kegiatan pengolahan kemiri oleh masyarakat sudah sejak lama dilakukan. Biji kemiri dibeli dari petani sekitar hutan dibeberapa lokasi produksi kemiri di Pulau Lombok dan bahkan dari daerah Hutan Parado di Kabupaten Bima. Rata-rata harga biji kemiri di tingkat petani pengumpul dan di pasar adalah sekitar Rp. 15.000 per 200 biji kemiri (2,25 kg) atau setara dengan Rp. 6.000,- per kilogram.
Penjemuran, Pemisahan Kulit Biji dan Perebusan
Buah Kemiri yang dikumpulkan dari pasar atau petani pengumpul belum terpisah kulit luar dengan biji cangkang utuh buah kemiri. Biasanya pengeringan yang dilakukan oleh petani pengumpul adalah dengan menjemur buah kemiri dibawah terik sinar matahari selama 1-2 hari. Kemiri yang sudah dijemur tersebut direndam selama 1 malam kemudian direbus selama ± 6 jam. Dalam proses perebusan ini menggunakan bahan bakar kayu atau cangkang kemiri sebanyak 10 kg dan kayu bakar sekitar 1-2 ikat untuk setiap kali merebus kemiri sebanyak 1 drum (perebusan biasanya memakai drum) atau sama dengan 1 kw kemiri. Harga bahan bakar untuk 10 kg cangkang kemiri senilai Rp.10.000,- (Rp.1.000,- per kg) dan harga bahan bakar 1 ikat kayu Rp. 8.000,- sehingga dibutuhkan biaya perebusan satu drum kemiri ( 1 kw kemiri ) sekitar Rp. 18.000 - Rp. 26.000,-
Pemecahan Cangkang Kemiri
Proses pemecahan cangkang secara manual dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan alat berupa palu atau benda keras lainnya. Pemecahan dilakukan cukup dengan membuat retakan pada kulit atau cangkang kemiri. Pemisahan cangkang dengan isi kemiri atau yang disebut “carnel” dengan menggunakan alat seperti sumpit tipis untuk mencongkel cangkang yang melekat di “carnel” kemiri. Biaya pemisahan cangkang dengan isi (carnel) adalah Rp. 600,- per 1 kg isi kemiri. Rendemen atau persentase perbandingan hasil yang didapatkan dari pengolahan kemiri dengan perbandingan 1 kw biji kemiri menghasilkan 30 kg isi (carnel) kemiri. Proses pemisahan cangkang kemiri dan isi kemiri biasanya dilakukan oleh kaum perempuan disekitar, hal ini memberikan manfaat dan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dalam skala industri rumah tangga.
Potensi Cangkang Kemiri Sebagai bahan Bakar alternatif Omprongan Tembakau Virginia Lombok
Kebijakan Pemerintah tentang pencabutan subsidi Bahan Bakar Minyak Tanah (BBMT) untuk sektor industri turut memberi dampak juga terhadap kebutuhan bahan bakar untuk omprongan tembakau Virginia di Pulau Lombok. Dapat dimaklumi bahwa selama ini petani dalam proses omprongan menggunakan bahan bakar minyak tanah. Kebijakan Program Konversi Bahan Bakar Minyak Tanah ke Bahan Bakar Batu
Bara (BB) dalam proses aplikasinya ditingkat petani belum berjalan dengan optimal dan menimbulkan persoalan baru dengan penggunaan bahan bakar kayu yang bersumber dari dalam kawasan hutan. Penggunaan kayu bakar yang bersumber dari dalam kawasan hutan dikhawatirkan mengancam kelestarian hutan di Provinsi NTB.
Jumlah oven di Pulau Lombok berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Konversi Provinsi NTB tahun 2009 adalah sebanyak 13.875 unit. Hal ini tentunya menunjukkan kebutuhan bahan bakar omprongan cukup besar setiap tahunnya. Potensi penggunaan cangkang kemiri sebagai salah satu bahan bakar energi alternatif cukup memberi peluang bagi para petani, pelaku usaha pengolah kemiri dan pelaku usaha kemiri. Kebutuhan cangkang kemiri di Provinsi NTB dirasakan belum memenuhi kebutuhan, selain itu juga didatangkan dari luar daerah seperti flores, Ende Provinsi NTT.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi kebutuhan bahan bakar omprongan tembakau Virginia Lombok, FFI-IP Lombok Project melalui Biomass Project telah melakukan upaya pengembangan tanaman kemiri yang tersebar dibeberapa lokasi di Pulau Lombok, baik dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan dengan melakukan kerjasama dengan parapihak diantaranya Kelompok Tani. FFI-IP Lombok Project telah melakukan bentuk kerjasama dengan 20 kelompok tani dengan luas areal pengembangan seluas 1.162 ha.
Penggunaan cangkang kemiri sebagai alternatif bahan bakar pengganti minyak tanah, batu bara dan kayu bakar dalam proses omprongan temakau Virginia Lombok pada tahun 2011 telah mencapai 400 ton cangkang kemiri yang telah didistribusikan ke petani mitra PT. ELI (Export Leaf Indonesia) dan PT. Sadhana Arif Nusa sebagai bentuk kerjasama dengan PT. STC (Sustainable Trade Consulting) sebagai anggota konsorsium biomass project. (@ffi-lombok project. 2012)