VIEW IN SASAK MOUNTAIN |
TERASERING; Solusi Pengelolaan Lahan Kering Miring Berkelanjutan di Gunung Sasak
Salah satu potensi yang dimiliki Provinsi NTB dalam rangka mendukung pembangunan daerah dibidang pertania nberkelanjutan adalah potensi lahan kering. Berdasarkan informsi dari Pusat Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram bahwa Luas lahan kering di NTB mencapai 1,8 juta Ha. Melihat potensi lahan kering yang dimiliki oleh Propinsi NTB, maka lahan kering memiliki prospek cukup besar untuk dikembangkan agar mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat sehingga angka kemiskinan bisa diminimalisir. Pemanfaatan lahan kering di wilayah Provinsi NTB masih belum mendapat perhatian serius dari parapihak karena petani masih terlalu manja dengan pengelolaan lahan beririgasi teknis. Potensi lahan kering memiliki nilai kontribusi yang cukup potensial untuk dilakukan pengelolaan secara berkelanjutan agar mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, disamping adanya input pengetahuan, wawasan, keterampilan petani dan dukungan teknologi.
FASILITASI FFI-IP
LOMBOK PROJECT
FFI-IP Lombok Project sebagai
salah satu Lembaga Konservasi di bidang sumberdaya alam telah melakukan
fasilitasi pelatihan dan praktek-praktek
pengelolaan lahan untuk memberikan
solusi atas permasalahan lahan kritis di
sekitar kawasan hutan Gunung Sasak. Melalui pengembangan tanaman energi alternatif, termasuk juga Konservasi Tanah dan
Air ( KTA ). Salah satu bentuk kegiatan
yang dilakukan adalah praktek terasiring dengan tujuan mengurangi resiko erosi
dan mempertahankan unsur hara dalam
tanah serta langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di
sekitar kawasan hutan Gunung Sasak.
KELOMPOK TANI WANA SASAK LESTARI
Kelompok Tani “Wana Sasak Lestari“
merupakan salah satu kelompok dampingan FFI-IP Lombok Project di Dusun Karang Langko, Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Lombok Barat dengan Jumlah Anggota 86 Orang
dengan luas lahan garapan sekitar ± 50 Ha
dengan kondisi kriteria lahan kering
miring, di dalam kawasan hutan. Bapak Alsah sebagai ketua Kelompok Tani
menjelaskan juga bahwa kondisi lahan yang digarap kelompoknya cukup kritis dan
rentan erosi. Kelompok tani hutan Wana Sasak Lestari melalui kegiatan praktek terasering
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan sebagai salah satu upaya
dalam penerapan konsep pengelolaan lahan
miring secara berkelanjutan. Potensi nilai
sosial ekonomi yang cukup besar dari hasil pemanfaatan lahan disekitar kawasan
oleh masyarakat dirasakan telah
membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selama ini, dan harapan kedepan bagi
masyarakat adalah solusi untuk meningkatkan
kesejahteraan serta mengangkat derajat masyarakat dari garis kemiskinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar