Rabu, 18 Januari 2012

TERASERING; Solusi Pengelolaan Lahan Kering Miring Berkelanjutan di Gunung Sasak

VIEW IN SASAK MOUNTAIN

TERASERING;  Solusi Pengelolaan Lahan Kering Miring Berkelanjutan di Gunung Sasak


Salah satu potensi yang dimiliki Provinsi NTB dalam rangka mendukung pembangunan daerah dibidang pertania nberkelanjutan adalah potensi lahan kering. Berdasarkan informsi dari  Pusat Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram bahwa Luas lahan kering di NTB mencapai 1,8 juta Ha. Melihat potensi  lahan kering yang dimiliki oleh Propinsi NTB, maka  lahan kering memiliki prospek cukup  besar untuk dikembangkan agar mampu  mempercepat pertumbuhan ekonomi  masyarakat sehingga angka kemiskinan bisa  diminimalisir. Pemanfaatan lahan kering di  wilayah Provinsi NTB masih belum mendapat perhatian serius dari parapihak karena petani  masih terlalu manja dengan pengelolaan lahan  beririgasi teknis. Potensi lahan kering memiliki  nilai kontribusi yang cukup potensial untuk dilakukan pengelolaan secara berkelanjutan agar mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, disamping adanya input pengetahuan, wawasan, keterampilan  petani dan dukungan teknologi.

FASILITASI FFI-IP LOMBOK PROJECT

FFI-IP Lombok Project sebagai salah satu Lembaga Konservasi di bidang sumberdaya alam telah melakukan fasilitasi pelatihan dan  praktek-praktek pengelolaan lahan untuk  memberikan solusi atas permasalahan lahan  kritis di sekitar kawasan hutan Gunung Sasak. Melalui pengembangan tanaman energi  alternatif, termasuk juga Konservasi Tanah dan  Air ( KTA ). Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan adalah praktek terasiring dengan tujuan mengurangi resiko erosi dan  mempertahankan unsur hara dalam tanah serta langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di sekitar kawasan hutan Gunung Sasak.

KELOMPOK TANI WANA SASAK LESTARI

Kelompok Tani “Wana Sasak Lestari“  merupakan salah satu kelompok dampingan  FFI-IP Lombok Project  di Dusun Karang  Langko, Desa Babussalam, Kecamatan Gerung,  Lombok Barat dengan Jumlah Anggota 86 Orang dengan luas lahan garapan sekitar  ± 50 Ha dengan kondisi kriteria  lahan kering miring, di dalam kawasan hutan. Bapak Alsah sebagai ketua Kelompok Tani menjelaskan juga bahwa kondisi lahan yang digarap kelompoknya cukup kritis dan rentan erosi. Kelompok tani hutan Wana Sasak Lestari melalui kegiatan praktek terasering diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan sebagai salah satu upaya dalam penerapan konsep pengelolaan  lahan miring secara berkelanjutan. Potensi  nilai sosial ekonomi yang cukup besar dari hasil pemanfaatan lahan disekitar kawasan oleh    masyarakat dirasakan telah membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selama ini, dan harapan kedepan bagi masyarakat adalah  solusi untuk meningkatkan kesejahteraan serta mengangkat derajat masyarakat dari garis kemiskinan. 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar