Rabu, 18 Januari 2012

SURVEY BIODIVERSITY DAS RENGGUNG PULAU LOMBOK



Ringkasan Eksekutif
Survei keanekaragaman satwa vertrebata yang terdiri dari mamalia, burung, dan herpetofauna telah dilakukan pada tanggal 20 Mei – 5 Juni 2011 di DAS Renggung dan Palung, Lombok. Survei ini dilakukan untuk mengetahui kondisi habitat terkini dan keanekaragaman jenis satwa vertebrata di kedua DAS tersebut. Kedua DAS tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur dan mengalir dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) (+ 1500 mdpl) sampai ke Samudera Hindia (0 mdpl) yang berada di selatan Pulau Lombok. Lokasi survei dibagi ke dalam tiga wilayah, yaitu up stream, middle stream, dan down stream.

Total sebanyak 16 jenis mamalia, 94 jenis burung, dan 30 jenis herpetofauna ditemukan dalam survei ini.  Dari jenis – jenis tersebut, lima jenis mamalia, 24 jenis burung, dan 12 jenis herpetofauna memiliki nilai konservasi tinggi. Trenggiling, Manis javanica memiliki status konservasi terancam punah (EN). Kakatua jambul kuning, Cacatua sulphurea dan katak Oreophryne monticola memiliki status konservasi hampir punah (CR). Selain itu satu jenis katak Occidozyga floresiana merupakan jenis yang belum pernah tercatat sebelumnya di Pulau Lombok (Mertens, 1930; Iskandar pers.comm; Monk et al., 2000). Keempat jenis tersebut dalam survei ini hanya ditemukan di wilayah up stream.

Secara umum wilayah up stream memiliki keanekaragaman jenis satwa vertebrata yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah middle stream dan down stream. Hal tersebut dikarenakan wilayah up stream memiliki kondisi habitat yang lebih baik dan salah satu lokasi survei di wilayah ini termasuk ke dalam kawasan TNGR. Selain itu gangguan di wilayah up stream relatif lebih kecil dibandingkan dengan wilayah middle stream dan down stream.

Ancaman utama terhadap keanekargaman jenis satwa vertebrata di kedua DAS tersebut berasal dari aktivitas manusia, yang terdiri dari aktivitas pengkonversian lahan menjadi kebun, sawah, dan tempat wisata,  pertanian yang tidak ramah lingkungan, pembalakan liar dan perburuan liar. Upaya pengelolaan dan resotorasi kedua DAS tersebut perlu dilakukan, sehingga keanekargaman jenis vertebrata dan jasa lingkungan yang diberikan oleh kedua DAS tersebut dapat terjaga secara lestari dan berkelanjutan.

Tim Survei
Tim survei terdiri dari 6 orang yang merupakan staf FFI – IP dan orang yang kompeten dalam bidangnya masing – masing. Berikut Team Biodiversity yang terlibat dalam survei:
            * Andhy Priyo Sayogo, (Ornithologist)
            * Angga Rachmansah, (Herpetologist)
      * Entol Muchamad Afnan, (Mammalogist)
       * Jihad, (Ornithologist)
       * Medi Yansyah, (Herpetologist)
      * Pandam Nugroho Prasetyo, (Mammalogist)

Lokasi Survei
Survei dilakukan di kawasan DAS Renggung dan Palung, Pulau Lombok pada tanggal 20 Mei–5 Juni 2011. Berdasarkan administrasi wilayah kedua DAS tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. DAS Renggung dan Palung mengalir dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (+ 1500 mdpl) sampai ke Samudera Hindia (0 mdpl) yang berada di selatan Pulau Lombok.

Lokasi survei dibagi ke dalam tiga wilayah, yaitu up stream, middle stream, dan down stream. Pada wilayah up stream survei dilakukan di sekitar Desa stiling. Desa ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Lokasi survei di wilayah ini berada di hutan primer pegunungan bawah, daerah perbatasan antara hutan dengan kebun, dan daerah perbatasan antara kebun dengan pemukiman.
Beberapa Jenis Burung yang ditemukan di lokasi survey

Beberapa jenis herpeto fauna yang ditemukan di lokasi survey

ANALISA KOMPARASI KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KEMIRI

Booklet Analisa Komparasi Kelayakan Usaha
Pengelolahan Kemiri di Kabupaten Lombok Tengah


PROSES DAN PERHITUNGAN ANALISIS USAHA PENGOLAHAN KEMIRI

Kemiri merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan masyarakat NTB karena punya  nilai ekonomi dan punya manfaat konservasi yang  cukup bagus. Potensi  pennegembanagan kemiri diwilayah  NTB baru mencapai 7.436 Ha dengan total  produksi  sebanyak : 25.356 ton setiap tahun. Untuk mengetahui  nilai ekonomi tanaman kemiri yang merupakan salah satu jenis tanaman penghasil energy berikut hasil  perbincangan kami dengan M. Fauzi  seorang petani yang menggeluti kegiatan pengupasan kemiri sejak tahun 2000. 

(1). Sumber kemiri yang diolah oleh Pak. Fauzi berasal dari pasar Jelojok dan Mantang
 
(2). Kemiri yang dibeli dipasar oleh Pak Fauzi harganya Rp. 15.000/200 butir kemiri atau kalau dirataratakan  2,25 kg ( atau sama dengan  Rp. 6.000 /kg )

(3). Kemiri yang diperoleh dari hasil pembeliannya dipasar  dijemur selama 1-2 hari tergantung tingkat  kekeringannya. Jumlah kemiri yang  bisa    diperoleh Pak Fauzi setiap hari pada saat musim kemiri adalah 1,52  Kuwintal. Jadi untuk memperoleh 1 kw  biji kemiri dipasar dibutuhkan modal sebesar Rp. 600.000,-

(4). Kemiri  yang sudah dijemur tersebut direndam  selama 1 malam kemudian direbus selama ± 6 jam . dalam proses perebusan ini  memerlukan   bahan bakar berupa  cangkang kemiri sebanyak 10 kg dan kayu bakar  sebanyak 1 ikat untuk setiap kali merebus kemiri  sebanyak 1 drum atau 1 Kw.  Harga 10 kg  cangkang kemiri  Rp.10.000,- dan harga bahan bakar 1 ikat kayu Rp. 8.000. sehingga total  bahan bakar yang dibutuhkan untuk  merebus 1  drum kemiri ( 1 kw kemiri ) senilai  Rp. 18.000,-

(5). Setelah direbus kemudian air bekas rebusan tersebut ditiriskan untuk memperoleh biji kemirinya saja dan biji kemiri tersebut dicuci pakai  air bersih.

(6). Kemiri yang sudah dicuci tadi kemudian dilakukan proses pemecahan cangkang dengan menggunakan palu  atau benda keras  lainnya. Setelah dipecahkan baru  melakukan proses pencungkilan ( pemisahan cangkan  dengan isinya ). Biaya pemisahan cangkang  dengan isi adalah Rp. 600 /1 kg isi kemiri. Untuk mengupas biji kemiri sebanyak 1 kw dibutuhkan tenaga kerja 2 orang selama 1 hari.  Rendemen untuk 1 kw biji kemiri adalah    30 kg. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk  memisahkan 1 kw kulit kemiri dengan isinya adalah : Rp.20.000,-

(7). Setelah melakukan pemisahan kulit dengan isinya,  agar isi kemiri bisa bertahan lama perlu    dilakukan  pengeringan.  Proses  pengeringan isi bisa dilakukan dengan dua cara yaitu menjemur  dibawah terik matahari selama 2- 3 hari tergantung    panas matahari atau dengan   melakukan pengovenan lama 12 jam. Biaya yang  dibutuhkan untuk melakukan  pengeringan 30 kg isi kemiri adalah 20 kg cangkang  kemiri dengan harga Rp. 20.000,-

(8). Tahapan selanjutnya  setelah isi kemiri  kering adalah  melakukan pemasaran, pemasarannya ke warga sekitar  dan pasar  desa atau pasa  Kecamatan. Harga 1 kg isi kemiri adalah  Rp. 34.000,-,  kemudian harga cangkangnya  Rp. 1000 / kg.  Biaya pengangkutan dari pasar kerumah dan dari    rumah  ke pasar adalah Rp. 30.000,-

(9). Kemampuan  Pak Fauzi  melakukan  pengupasan  kemiri  setiap  hari  adalah 1kw.   Sehingga   selama 1 musim panen mereka   bisa mengupas 9 ton  kemiri. Jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan sejenis di RT nya Pak Fauzi adalah 10 orang.

Keuntungan yang diperoleh dalam melakukan kegiatan usaha pengupasan kemiri sebanyak 1 kw adalah sebagai berikut:

A.    Biaya-biaya
        a.     Harga 100  kg biji kemiri                                                                   :  Rp. 600.000,-
        b.     Harga bahan bakar untuk merebus 100  kg kemiri                              :  Rp    18.000,-
        c.     Biaya pemisahan kulit dari isi untuk 100 kg kemiri                               :  Rp   20.000,-
       d.     Biaya Pengovenan isi kemiri                                                                :  Rp.  20.000,-
       e.     Biaya Pengangkutan                                                                            :  Rp.  30.000,-
       f.     Tenaga kerja saat merebus dan mengeringkan                                      :  Rp.  15.000,-
              Total Biaya                                                                                            Rp. 703.000,-

B.   Pendapatan
       a.    Harga jual isi kemiri  30 kg                                                                    :  Rp. 1.020.000,-
       b.   Harga jual cangkang 70 kg                                                                    :  Rp.     70.000,-
             Total Biaya                                                                                            Rp. 1.090.000,-   
Maka, nilai keuntungan bersih yang diperoleh per 1 kw kemiri adalah    = (Rp. 1,090.000 - Rp. 703.000)
                                                                                                            = 387.000,-

(Sumber: Bapak M. Fauzi (Pelaku Usaha Pengolahan Kemiri, Pancor Dao-Lombok Tengah)


                                                                                                                 [Red. ffi-ip lombok@2012)

TERASERING; Solusi Pengelolaan Lahan Kering Miring Berkelanjutan di Gunung Sasak

VIEW IN SASAK MOUNTAIN

TERASERING;  Solusi Pengelolaan Lahan Kering Miring Berkelanjutan di Gunung Sasak


Salah satu potensi yang dimiliki Provinsi NTB dalam rangka mendukung pembangunan daerah dibidang pertania nberkelanjutan adalah potensi lahan kering. Berdasarkan informsi dari  Pusat Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram bahwa Luas lahan kering di NTB mencapai 1,8 juta Ha. Melihat potensi  lahan kering yang dimiliki oleh Propinsi NTB, maka  lahan kering memiliki prospek cukup  besar untuk dikembangkan agar mampu  mempercepat pertumbuhan ekonomi  masyarakat sehingga angka kemiskinan bisa  diminimalisir. Pemanfaatan lahan kering di  wilayah Provinsi NTB masih belum mendapat perhatian serius dari parapihak karena petani  masih terlalu manja dengan pengelolaan lahan  beririgasi teknis. Potensi lahan kering memiliki  nilai kontribusi yang cukup potensial untuk dilakukan pengelolaan secara berkelanjutan agar mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, disamping adanya input pengetahuan, wawasan, keterampilan  petani dan dukungan teknologi.

FASILITASI FFI-IP LOMBOK PROJECT

FFI-IP Lombok Project sebagai salah satu Lembaga Konservasi di bidang sumberdaya alam telah melakukan fasilitasi pelatihan dan  praktek-praktek pengelolaan lahan untuk  memberikan solusi atas permasalahan lahan  kritis di sekitar kawasan hutan Gunung Sasak. Melalui pengembangan tanaman energi  alternatif, termasuk juga Konservasi Tanah dan  Air ( KTA ). Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan adalah praktek terasiring dengan tujuan mengurangi resiko erosi dan  mempertahankan unsur hara dalam tanah serta langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di sekitar kawasan hutan Gunung Sasak.

KELOMPOK TANI WANA SASAK LESTARI

Kelompok Tani “Wana Sasak Lestari“  merupakan salah satu kelompok dampingan  FFI-IP Lombok Project  di Dusun Karang  Langko, Desa Babussalam, Kecamatan Gerung,  Lombok Barat dengan Jumlah Anggota 86 Orang dengan luas lahan garapan sekitar  ± 50 Ha dengan kondisi kriteria  lahan kering miring, di dalam kawasan hutan. Bapak Alsah sebagai ketua Kelompok Tani menjelaskan juga bahwa kondisi lahan yang digarap kelompoknya cukup kritis dan rentan erosi. Kelompok tani hutan Wana Sasak Lestari melalui kegiatan praktek terasering diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan sebagai salah satu upaya dalam penerapan konsep pengelolaan  lahan miring secara berkelanjutan. Potensi  nilai sosial ekonomi yang cukup besar dari hasil pemanfaatan lahan disekitar kawasan oleh    masyarakat dirasakan telah membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selama ini, dan harapan kedepan bagi masyarakat adalah  solusi untuk meningkatkan kesejahteraan serta mengangkat derajat masyarakat dari garis kemiskinan. 
  

Minggu, 08 Januari 2012

ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PROSES OMPRONGAN TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK







ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN BAKAR
DALAM PROSES OMPRONGAN TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK





 PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKAR

Batu Bara

Oven Tembakau dengan kapasitas sebanyak 4 ton dalam satu kali proses pengomprongan tembakau virginia membutuhkan bahan bakar batu bara sebanyak 1,2 ton. Asumsi harga rata-rata batu bara saat ini senilai Rp. 1.600/kg, maka biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan batu bara sebesar Rp. 1.920.000,- untuk satu kali proses pengomprongan.

Minyak Tanah

Oven Tembakau dengan kapasitas sebanyak 4 ton dalam satu kali proses pengomprongan tembakau virginia membutuhkan bahan bakar minyak tanah sebanyak 2-3 drum. Asumsi harga rata-rata minyak tanah saat ini senilai Rp. 2.000.000,-/drum (@drum = 200 liter). Maka biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan minyak tanah sebesar antara Rp. 4.000.000, - Rp. 6.000.000,- untuk satu kali proses pengomprongan.

Kayu Bakar

Oven Tembakau dengan kapasitas sebanyak 4 ton dalam satu kali proses pengomprongan tembakau virginia membutuhkan kayu bakar  sebanyak 2/3 (dua per tiga) truk. Asumsi harga rata-rata kayu bakar saat ini senilai Rp. 2.500.000,- /truk. Maka biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan kayu bakar sebesar Rp. 1.875.000,- untuk satu kali proses pengomprongan.

Cangkang Kemiri

Oven Tembakau dengan kapasitas sebanyak 4 ton dalam satu kali proses pengomprongan tembakau virginia membutuhkan bahan bakar cangkang kemiri 1.000 kg (1 ton). Asumsi harga rata-rata  cangkang kemiri saat ini senilai Rp. 1.300,- /kg. Maka biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan cangkang kemiri sebesar Rp. 1.300.000,- untuk satu kali proses pengomprongan.

Sumber:
Bapak Puguh (PT. Sadhana Arifnusa), Bapak Hery dan Bapak L. Hariadi (Petani Tembakau Virginia, Lombok Timur)


>>>English Languange


CALCULATION OF FUEL COSTS





COAL

Tobacco oven with a capacity of 4 tons in one drying process Virginia Tobacco needs fuel as much as 1,2 tons of coal. Assuming the current price of coal amounting IDR 1.600/kg, the costs required for the use of coal fuel is IDR 1.92 million for one drying process.





KEROSENE

Tobacco oven with a capacity of 4 tons in one drying process Virginia Tobacco  needs fuel as much as 2-3 drum of Kerosene.  Assuming the current price of kerosene amounting IDR  2 million/drum, the costs required for the use of kerosene fuel is IDR 4-6 million for one drying process. 




FIREWOOD

Tobacco oven with a capacity of 4 tons in one drying process Virginia Tobacco needs fuel as much as 3/4 truck of firewood.  Assuming the current price of firewood amounting IDR  2 million/truck, the costs required for the use of firewood fuel is IDR 1.875 million for one drying process. 






CANDLENUT SHELLS

Tobacco oven with a capacity of 4 tons in one drying process Virginia Tobacco needs fuel as much as 1.000 kg of Candlenut Shells.  Assuming the current price of Candlenut Shells amounting IDR 1.300/kg, the costs required for the use of Candlenut Shells fuel is IDR 1.300 million for one drying process.




 >>>Sources:  Bapak. Puguh ( PT. Sadhana Arif Nusa ),  Bapak Hery and  Lalu Haryadi (Virginia Tobacco farmers - East Lombok ).


                                                                                                                        [red. ffi-ip lombok@2011)

Kamis, 05 Januari 2012

PROSPEK PENGEMBANGAN JARAK KEPYAR DI NTB ; Sebagai Energi Alternatif Terbarukan dan Strategi Konservasi Berkelanjutan [THE PROSPECTS OF CASTOR BEAN DEVELOPMENT IN NTB: As Alternative Energy Renewable and Sustainable Conservation Strategy]


PROSPEK PENGEMBANGAN JARAK KEPYAR DI NTB ;
Sebagai Energi Alternatif Terbarukan dan Strategi Konservasi Berkelanjutan


Pengantar
Salah satu potensi sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi NTB dalam rangka mendukung pembangunan daerah adalah keberadaan lahan kering yang membentang cukup luas di wilayah daratan NTB.  Luas lahan kering di Provinsi NTB diperkirakan mencapai 1,8 juta ha, melihat potensi lahan kering yang begitu besar tentunya lahan kering memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk dikelola secara optimal guna mendukung percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.  Lahan kering memiliki karakteristik yang khas sehingga perlu kehati-hatian dalam menentukan jenis usaha tani yang akan dikembangkan.  Berdasarkan pengalaman selama ini, salah satu usaha tani yang dapat dikembangkan di lahan kering adalah jarak kepyar (Ricinus communis).

Jarak kepyar (Ricinus communis) merupakan tanaman perkebunan yang dapat digolongkan kedalam kelompok tanaman semusim dengan umur panen berkisar antara 3 s/d 4 bulan.  Adapun varietas jarak kepyar yang selama ini biasa dibudidayakan masyarakat NTB adalah asam bagus dan beak amor.  Meskipun usaha tani jarak kepyar sudah dipraktekan cukup lama namun petani sampai dengan saat ini masih kerap menghadapi tantangan mulai dari aspek teknis budidaya hingga pemasaran hasil.  

Beberapa tantangan utama dari sisi teknis budidaya yang dirasakan petani jarak kepyar, diantaranya ; (1) serangan hama ulat, (2) varietas yang digunakan berumur panjang dan (3) produktivitas yang rendah.  Merujuk pada pada kondisi tersebut dan dalam rangka mendukung peningkatan ekonomi masyarakat lahan kering dengan pengembangan usahatani jarak kepyar diperlukan adanya inovasi seperti pemilihan varietas jarak kepyar yang berumur pendek (genjah), produktivitas tinggi serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit.   
                              .
Perkembangan terakhir saat ini, kecenderungan permintaan terhadap biji jarak kepyar terus meningkat hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa pasar untuk jarak kepyar masih sangat terbuka.  Salah satu faktor yang membuat permintaan jarak kepyar tetap stabil bahkan cenderung meningkat dikarenakan bentuk pemanfaatannya yang cukup beragam disamping sebagai penghasil minyak juga sebagai bahan bio diesel.  Potensi tanaman jarak kepyar sebagai penghasil minyak dapat dijadikan sebagai alternatif energi untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah maupun kayu bakar.

Krisis Energi di Pulau Lombok 


Saat ini Pulau Lombok dihadapi dengan permasalahan yang cukup serius akan kebutuhan energi baik untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga.  Oleh karena itu, Fauna & Flora International-Indonesia Programme (FFI-IP) melalui program biomassa mencoba untuk mengembangkan jarak kepyar sebagai alternatif energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah dan kayu bakar.  Belum lama ini  FFI-IP bekerjasama dengan UD. Willy Wijaya, PT. Decco Trading dan APJARINDO NTB sedang mengembangkan jarak kepyar di Kecamatan Pringgabaya dan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur yang nantinya diharapkan dapat mendorong upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan sumber-sumber energi alternatif di masa mendatang.

Sebaran Tanaman Jarak Kepyar di Provinsi NTB

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh FFI-IP Lombok Project, sebaran dan luas areal pengembangan jarak kepyar di Provinsi NTB tahun 2011 disajikan dalam tabel sebagai berikut:




Prospek Usahatani Jarak Kepyar

Melihat keberadaan lahan kering NTB yang begitu luas dan tingginya permintaan pasar terhadap biji jarak kepyar tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa usahatani jarak kepyar memiliki propsek yang baik dan menjanjikan untuk terus dikembangkan di masa mendatang.  Saat ini sudah ada beberapa investor yang mengusahakan jarak kepyar dengan membangun kemitraan dengan kelompok-kelompok tani baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa, diantaranya ; (1) PT. BEGE (Better Earth Green Energy), (2) PT. Bio Green Land, (3) PT. Decco Trading dan  (4) UD. Willy Wijaya. Bentuk kemitraan yang dikembangkan selama ini antara perusahaan dengan kelompok tani mulai dari  proses produksi sampai pemasaran hasil.  Sebagai  gambaran, luas areal penanaman jarak kepyar di NTB mencapai 4.985 ha dengan tingkat rata-rata produksi sebesar 6.000kg/ha sehingga diperoleh total produksi sebesar 29.910.000 kg (2.991 ton).  Adapun harga jual biji jarak kepyar di pasaran saat ini sebesar Rp 6.000/kg.
Berdasarkan uraian diatas, dengan tingkat produksi sebesar 6.000kg/ha tentunya dapat memberikan nilai tambah yang  cukup tinggi bagi petani.  Dengan asumsi 1 ha mampu ditanami jarak kepyar sebanyak 1.600 batang, dimana 1 tanaman rata-rata menghasilkan 5 kg maka akan dihasilkan 8.000 kg/ha. Mengacu pada harga jual saat ini sebesar Rp 6.000/kg maka pendapatan yang diperoleholeh petani dari lahan seluas 1 ha mencapai Rp 40 juta, asumsi biaya produksi sebesar Rp 10 juta maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 30 juta.
------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------

 >>> English Languange


THE PROSPECTS OF CASTOR BEAN DEVELOPMENT IN NTB: As Alternative Energy Renewable and Sustainable Conservation Strategy





Kepyar Fruit Ready for Harvest
Location: Pemongkong, Jerowaru Distric,
East Lombok , NTB.
Expanse of Castor Bean
Location : Amor-amor, Bayan Distric,
North Lombok, NTB.
Castor Bean Product ready for Sale
Location: Pringgabaya, Pringgabaya Distric,
East Lombok, NTB.
Castor Bean Seeds
Location: Pringgabaya, Pringgabaya District,
East Lombok , NTB.


Introduction

One of the potential of natural resources owned by the Nusa Tenggara Barat (NTB) Province in order to support regional development is the existence of dry land that stretches wide enough in the mainland NTB. Dry land area in the NTB Province is estimated at 1.8 million ha, look at the potential of such a large dry land must have a prospect who is promising to be managed in an optimal fashion to support the accelerated development and economic growth. Dry land has unique characteristics that need to be careful in determining the type of farming that will be developed.  Based on experience so far, one of which can be developed farming on dry land is the castor bean (Ricinus communis).

Castor Bean (Ricinus communis) is a plantation crop that can be classified into groups by age harvest seasonal crops ranging from 3 s/d 4 months. The castor bean varieties that have been commonly cultivated society NTB are asam bagus and amor beak. Although castor bean farming has been practiced long enough but farmers until now still often face challenges ranging from technical aspects of cultivation to marketing results. Some of the major challenges in terms of the perceived technical cultivation of castor bean farmers, among others: (1) caterpillar pests, (2) long-lived varieties are used and (3) low productivity.  Referring to the conditions and in order to support the improvement of the local economy with the development of dry land farming castor bean necessary to innovations like the selection of castor bean varieties are short-lived (genjah), high productivity and resistance to pests and diseases

At this time, the tendency of the demand for castor bean seeds continued to increase this implies that the market for castor bean is still very open.  One factor that makes castor bean demand remained stable and even tended to increase due to the form of utilization is quite diverse as well as an oil producer as well as bio diesel. Potential as a producer of castor bean oil plants can be used as an alternative energy to reduce dependence on firewood and kerosene.

The Energy Crisis in the Island of Lombok 

Currently the island of Lombok faced with problems serious enough to need the energy for both
industrial and domestic needs. Therefore, Fauna & Flora International - Indonesia Programme

(FFI-IP) through the biomass program trying to develop castor bean as an alternative renewable energy to reduce dependence on kerosene and firewood. FFI-IP is currently working with UD. Willy Wijaya, PT. Decco Trading and APJARINDO NTB is developing castor bean in Jerowaru and Pringgabaya District, East Lombok Regency which might be expected could encourage local governments to develop alternative energy sources in the future.

Distribution of Castor Bean Plants in NTB

Based on survey results conducted by FFI-IP Project Lombok, distribution and development acreage of castor bean in the NTB year 2011 is presented in the following table :


The Prospect Farm of Castor Bean

NTB see where dry land is so vast and the high market demand for castor bean seed is no exaggeration to say that farming castor bean has good prospects and promises to continue to be developed in the future.  Currently, there are some investors who seek to castor bean by building partnerships with farmer groups in both the island of Lombok and Sumbawa, including: (1) PT. BEGE (Better Earth Green Energy),  (2) PT. Bio Green Land, (3) PT. Decco Trading and (4) UD. Willy Wijaya. Forms developed during this partnership between companies and farmers' groups ranging from the production process to marketing. As an illustration, the area under cultivation of castor bean in NTB reached  4.985 ha with an average production rate of 6.000kg/ha order to obtain the total production of 29.91 million kg (2991 tons). The selling price of castor bean seeds on the market today is Rp 6.000/kg.

Based on the description above, with a production rate of 6.000kg/ha certainly can provide added value high enough for farmers.  Assuming a 1 ha can be planted about 1,600 stems of castor bean, a plant where the average yield of 5 kg it will produce 8000 kg/ha. Referring to the current selling price of Rp 6.000/kg then the income earned by farmers from the land area of  1 ha reached Rp 40 million with the assumption that the production cost of Rp 10 million it earned profits of Rp 30 million.

[Document FFI-IP Lombok Project (c)2011].